Kamis, 21 Juli 2016

Asal-usul Desa Adat Panglipuran
 Bali adalah objek wisata yang sangat terkenal di kalangan wisatawan baik lokal maupun manca negara. Salah satunya desa adat panglipuran. Desa Adat Panglipuran dibentuk pada jaman Bali Mula, masyarakat Desa Adat Panglipuran mengakui bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede Kintamani.
Kata Panglipuran ini berasal dari kata Lipur yang berarti menghibur hati, jadi penglipuran artinya tempat untuk menghibur hati sambil bekerja di ladang, lama-kelamaan menjadilah Panglipuran. Para pemuka adat setempat menuturkan bahwa nama Panglipuran mengandung makna Pengeliling Pura, sebuah tempat suci untuk mengenang leluhur. Tanah yang sekarang ini disebut dengan Desa Adat Panglipuran merupakan hadiah dari raja Bangli karena penduduk desa berani bertempur melawan kerajaan Gianyar.

Gapura ucapan selamat datang di Desa Panglipuran

Desa Penglipuran yang telah didaulat menjadi desa adat sejak tahun 1992 ini merupakan kawasan perdesaan di Bali yang memiliki tatanan teratur baik secara fisik maupun struktur pemerintahan desa, serta tidak lepas dari nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat.
Desa Adat Panglipuran berada di desa Kubu Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli berjarak 45 km dari kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi disekitar kaki Gunung Batur.



Suasana wisatawan desa adat panglipuran

                            

Ciri Khas Rumah Di Desa Adat Panglipuran
Keunggulan dari Desa Adat Panglipuran ini dibandingkan dengan desa- desa lainnya di Bali adalah bagian depan rumah serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya juga keseragaman bentuk dari bahan untuk membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan di seluruh desa. Disetiap tempat yang dianggap sakral atau disucikan diberi kain berwarna hitam putih seperti papan catur.


Salah satu pura yang ada di Desa Panglipuran


Beberapa ciri dari Desa ini yaitu :
  •     Setiap rumah terdapat pura Antara rumah, dapur (poon), dan
        mbale 
    (tempat untuk pernikahan) bertempat terpisah
  •     Rumah menghadap terserah tuan rumah
  •     Dapur (poon) menghadap ke utara
  •     Mbale menghadap ke selatan

  
Gambar mbale, rumah dan dapur


Setiap rumah hanya terdapat satu kepala keluarga. Desa Panglipuran terdapat 77  kepala keluarga. Warga Desa ini boleh berpoligami tetapi harus bertempat tinggal yang terpisah dari kampung ini, yang disebut Karangmadu.



      Kehidupan Masyarakat Di Desa Adat Penglipuran
Mata pencaharian para penduduk desa Panglipuran adalah sebagai petani. Dimana sawah menjadi tumpuan harapan mereka disamping kerajinan tangan yang mereka jual kepada para wisatawan yang berkunjung ke desa mereka. Penduduk desa ini dilimpahi hujan yang lebat tiap tahunnya sehingga memudahkan penduduknya dalam bercocok tanam dan masalah irigasi. Serta kebanyakan tanaman yang ditanam oleh petani di ladang yaitu buah durian dan manggis.

Kerajinan tangan di Desa Panglipuran


Minuman daun cem-cem


Foto dengan salah satu warga Desa Panglipuran


  

Untuk peribadaan warga desa panglipuran setiap rumah wajib memiliki pura dan mereka melakukan ibadah di pura pribadi setiap hari, sedangkan mereka beribadah di pura utama 4 hari sekali           




Wawancara dengan Nyoman Rima

                  
                                                                        
Upacara Kematian (Ngaben)

Seperti daerah lain yang ada di Bali, di Panglipuran masyarakat mengadakan upacara kematian yang biasa disebut ngaben. Dimana ngaben ini adalah suatu upacara kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang yang meninggal yang berawal dari kepercayaan orang Bali tentang arwah tersebut masih tersesat kemudian akan dikembalikan ke pura kediaman si arwah. Yang membedakan desa Panglipuran dengan desa lainnya yang ada di Bali hanya pada ritualnya saja yaitu apabila orang bali lain ngaben dilakukan dengan cara membakar mayat, di Panglipuran mayat di kubur. Hal ini dilakukan oleh masyarakat Panglipuran sebagai tanda hormat dan cara untuk mengurangi kemungkinan buruk yang bisa terjadi mengingat bahwa di daerah Panglipuran yang berada didaerah pegunungan yang jauh dari laut, seperti yang kita tahu bahwa abu jenazah yang telah dibakar harus dibuang ke laut sedangkan bagi orang Bali menyimpan abu jenazah adalah suatu pantangan, jadi solusi terbaik adalah dimakamkan.










                                             Nama Kelompok : 
                                          1.     Haslinda Syafitri
                                          2.     Ratna Dwi Utami
                                          3.     Rosyidatul Mufidah














Daftar Pustaka :
Observasi langsung penulis mendatangi Desa Adat Panglipuran.
Wawancara dengan Nyoman Rima, hari Kamis, 14 April 2016 pukul 12/30 WITA di Desa Adat Panglipuran



Tidak ada komentar:

Posting Komentar